Kabarnewsindo.com,’ Malang, 24 April 2025—* Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) mendorong keterlibatan penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana melalui kegiatan Koordinasi Difabel Tangguh Peduli Bencana pada Kamis, 24 April 2025. Sebanyak 23 peserta dari komunitas disabilitas di Malang Raya dan Pasuruan Raya mengikuti kegiatan ini.
Dari total peserta, 17 di antaranya adalah penyandang disabilitas ragam fisik, netra, tuli, wicara, dan mental. Mereka berasal dari Difpala, OPD, HWDI Malang, Kopinus, Difa Pagelaran, Difamas, serta Posyandu Disabilitas di Pakisaji dan Bedali, serta Yayasan Mahargijono Schutzenberger Indonesia.
LINKSOS menggandeng Difabel Pecinta Alam (Difpala), Unit Layanan Disabilitas (ULD) Kabupaten Malang, dan Malang Creative Center (MCC) untuk menyukseskan acara. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Ken Kerta—pendiri Lingkar Sosial Indonesia—dan Herry Agus Waluyo, relawan disabilitas yang fokus pada isu kebencanaan.
Para narasumber memandu tiga agenda utama, yaitu berbagi pengalaman bencana, memetakan potensi komunitas, serta menyusun rencana tindak lanjut (RTL). Kegiatan ini menjadi langkah awal untuk memperkuat peran komunitas disabilitas dalam kesiapsiagaan bencana.
Kegiatan ini mengambil momentum Hari Bumi untuk mengingatkan pentingnya pelestarian lingkungan dalam mencegah bencana secara inklusif. Secara konkret, penanggulangan bencana dilakukan dengan melibatkan difabel sebagai kelompok rentan sekaligus agen perubahan dalam mitigasi yang berkelanjutan.
*Tujuan Kegiatan*
“Tujuan kegiatan ini adalah untuk membentuk relawan disabilitas tanggap bencana, khususnya di wilayah dampingan LINKSOS, yaitu Malang Raya dan Pasuruan Raya. Selain itu, juga untuk mendorong dukungan disabilitas terhadap pembentukan Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD PB) Kabupaten Malang oleh BPBD Kabupaten Malang,” ujar Ken Kerta.
Ken juga menjelaskan bahwa Malang Raya dan Pasuruan Raya berada dalam risiko bencana yang serupa, yaitu dampak aktivasi vulkanik dari Gunung Semeru, Arjuno–Welirang, Bromo, dan beberapa gunung api lainnya. Untuk itu, LINKSOS berkomitmen memberdayakan disabilitas di wilayah tersebut agar mampu berperan aktif.
Sementara itu di Kota Malang, LINKSOS bersama Forum Inklusi MCC akan mengembangkan ULD PB sebagai pusat edukasi dan informasi kebencanaan. Sejak tahun 2023, LINKSOS dan MCC telah bekerja sama dalam pemberdayaan disabilitas. MCC juga menyediakan fasilitas gedung dan peralatan untuk berbagai pelatihan dan kegiatan disabilitas.
*Respon Aktif Penyandang Disabilitas dan Rencana Tindak Lanjut*
“Pertemuan ini menjajaki minat dan kesiapan komunitas difabel terhadap isu kebencanaan. Selanjutnya, kami akan menggelar edukasi dan simulasi bencana, advokasi aksesibilitas, serta pelatihan penggerak komunitas,” ujar Ken. Ia menambahkan bahwa proses dimulai dari Lawang, Pakisaji, dan Wonosari.
Siswinarsih—penyandang disabilitas fisik sekaligus Ketua Posyandu Disabilitas Desa Pakisaji—menyatakan siap berperan. “Posyandu Disabilitas bisa menjadi pusat layanan informasi dan kesehatan tanggap bencana. HWDI juga siap mengelola dapur umum saat bencana,” katanya.
Sementara itu, peserta lain, Imam Fauzi—penyandang disabilitas fisik—menyampaikan perlunya peningkatan kapasitas di bidang psikologi. “Kami ingin ada pelatihan pendampingan disabilitas agar dapat melakukan konseling dengan sesama disabilitas.”
Sedangkan Muhammad Dzulfikar—penyandang disabilitas netra—mengusulkan adanya pertolongan langsung bagi penyandang disabilitas intelektual, mengingat selama ini informasi kebencanaan belum akses bagi mereka. Menanggapi hal ini, Sumiati—penyandang disabilitas tuli—menyarankan adanya sosialisasi kebencanaan sesuai kebutuhan ragam disabilitas. Dyan Ananda Putri, perwakilan Kopinus, menyampaikan kesiapan melakukan sosialisasi kebencanaan di kalangan mahasiswa.
Informasi lebih lanjut dan dokumentasi, kontak 0857-6463-9993 (Ken Kerta).
Jurnalis, Nadir
Editor, Admin